being a (junior) manager

Beberapa hari ini di kantor saya (@mivoindonesia) banyak orang baru yang onboard, imbasnya di daily standup meeting kami selalu ada perkenalan. dan ini template perkenalan yang selalu saya pakai : “Saya Walesa, panggil aja whe, disini tugas saya untuk lead product development aplikasi mivo mulai dari iOS, android, website, server, sampai API”
so far saya udah mulai nyaman (baca : pede) untuk memperkenalkan diri saya sebagai manager karena ini adalah pertama kali nya saya di assign di posisi Project Manager dan beberapa orang direct report saya bahkan lebih senior dari saya.
IMG_0780
Yang menyeponsori saya untuk ngeblog kali ini adalah team saya (@o_rangers) yang ketika memperkenalkan diri selalu menyebut nama saya, dan karena kantor saya ini masih bisa dibilang startup yang pegawainya tidak terlalu banyak, saya baru sadar tim saya yang paling banyak (cuma 6 orang sih) – dari situ saya ingat sebuah quote :

When you have someone calling you boss, a lot about your working life is different

dulu ketika mulai bekerja saya punya senior, supervisor dan manager yang baik sekali 🙂 saat itu yang perlu kupeduliin ya cuma task saya, saya cukup bertanya ke manager saya apa yang harus saya kerjakan seminggu kedepan, tanya ke supervisor saya framework, module atau bagian mana yang perlu saya tambah atau rubah, bahkan ketika saya ada kesulitan saya bisa minta bantuan senior saya. What a life! all I need to do is to complete all the task using my best ability
nah, oke saya mulai share deh apa yang berbeda pas saya punya direct report :

sekarang bukan lagi masalah personal achievement saya

punya direct report itu artinya kerjaan saya sekarang bukan sekedar rutinitas coding seperti biasa yang asal selesai sebelum lewat deadline. Yang paling kerasa adalah harus selalu ‘available’ kalau ada yang ingin tanya, ingin diskusi, atau butuh solusi. Sebelumnya saya berpikir ini no big deal, karena dulu saya punya bos dan supervisor yang anak2 twitter bilang : AWSM – mereka punya skill untuk selalu ada dan menyambut dengan senyum 3 jari ketika saya mau tanya-tanya. Ini yang selalu saya jadikan pegangan – ternyata ga gampang untuk melakukan itu.
Most bosses are good at being available, but great bosses can really stop what they’re doing to help talk you through your issues.

moment ’ngobrol personal’

dulu, supervisor sama bos saya suka ngajak meeting personal untuk ngobrolin tentang kinerja saya, kadang kasi selamat, kadang kritik, kadang juga kasi semangat dan yang paling AWSM (kalo kata anak2 twitter) adalah mereka selalu kasi saya saran untuk future development saya :”)
Saya ngga pernah mikir jauh tentang ini, tapi ternyata moment ‘ngobrol personal’ saya dulu punya impact yang gede banget sama karir saya sekarang sampai akhirnya saya harus bikin moment ‘ngobrol personal’ sendiri sama team member saya.
kadang saya ngerasa saya udah kasih feedback yang bagus (feedback bagus bukan selalu pujian lho ya) tapi ada juga moment dimana saya merasa apa yang saya obrolin abstrak dan ga terlalu jelas tersampaikan 😦
hal penting yang saya pelajari adalah, selalu persiapkan meeting personal ini dengan baik, coba untuk punya beberapa point tertulis tentang feedback yang akan dibicarakan, dan selalu siap untuk mendengarkan – mungkin hal yang saya sampaikan bisa berimpact besar nantinya.

next level of self-development 

Hal yang menurut saya paling aneh adalah ketika memiliki direct report, sekarang saya merasa bertanggung jawab dengan masa depan team member saya (in some ways… tsah!) Yah kerjaan dan attitude nya emang harus oke sih, tapi saya harus kasih arahan supaya team member saya jadi seseorang yang AWSM (kalo kata anak2 twitter). Apa yang harus dikerjakan, kenapa harus pakai cara ini, point apa yang harus dipelajari ketika mengerjakan project, dan yang terpenting memberi tahu ke arah mana karirnya nanti bisa berkembang.

Eits, tapi ini bukan lebai lho, karena nantinya saya harus jadi sponsornya ketika performance review sama promosi jabatan – bukan lagi saya ngomogin skill dan achievement saya, tapi ngomong untuk orang lain di depan atasan saya atau manager yang lain. Hal yang paling sering saya alamai adalah ketika team saya dianggap tidak perform sama departemen lain atau bos saya, padahal mereka sudah give their best – disitu kadang saya merasa sedih… :p

IMG_0784

Itu sih sekedar cerita saya setelah setahun lebih dikit punya pengalaman jadi manager, ga tahu juga sih apakah dimata team member saya saya udah jadi manager yang baik atau mungkin mereka masih anggep saya manager ababil saya juga ga pernah tahu :)) all I know is I’m proud of them and I’m happy to grow with them

3 thoughts on “being a (junior) manager

Leave a reply to Arif Setiawan Cancel reply